HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES EKSKRESI
- Pengertian Ekskresi
Eksresi adalah proses pengeluaran
zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Zat tersebut merupakan zat kimia
obat yang telah mengalami proses metabolisme di dalam hati dan organ lain
ditubuh. Ekskresi baik obat yang tak berubah maupun metabolit merupakan
tempat-hilang yang irreversibel. Akan tetapi perubahan metabolik mengakibatkan
metabolit mempunyai aktivitas dipertinggi, menurun atau sama sekali tak
berubah.
Salah satu jalur pokok eksresi adalah
melalui ginjal dengan jalan adanya atau terbentuknya senyawa yang larut dalam
air. Sesudah mengalami filtrasi glomerulus, resorbsi tubular kedalam plasma
betul-betul lengkap untuk zat yang koefisien partisinya tinggi (lipid/air).
Karena semua obat aktif (sebetulnya kemampuan mereka mengadakan penetrasi dalam
membran selular lipid) itu larut dalam lipid, konversi metabolik umumnya
dihati, menjadi bentuk yang lebih polar menjadi lebih penting untuk
diekskresikan.
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ
ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau kedalam bentuk
asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut
lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ekskresi dari obat yang dikeluarkan
dengan jalan filtrasi glomeruli sangat diperlambat, karena hanya obat bebas
mengalami filtrasi. Obat yang diekskresi secara aktif tidak terpengaruh oleh
pengikatan, misalnya benzilpenisilin (PP ca 50%) hampir diekresi seluruhnya
dengan cepat. Ekskresi adalah parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh
oleh gangguan ginjal. Jika filtrasi glomeruler terganggu oleh penyakit ginjal ,
maka klirens obat yang terutama tereliminasi melalui mekanisme ini akan menurun
dan waktu paruh obat dalam plasma menjadi lebih panjang.
Ekskresi merupakan pengeluaran obat atau metabolitnya
dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni. Kebanyakan obat
dikeluarkan melalui air seni dan lazimnya tiap obat diekskresi berupa
metabolitnya dan hanya sebagian kecil dalam keadaan asli yang utuh, misalnya
penisilin, tetrasiklin, digoksin, dan salisilat. Zat-zat dalam keadaan ion yang
mudah larut di air seni diekskresi dengan mudah. Zat-zat lipofil dan zat-zat
tak terionisasi lebih lambat ekskresinya, untuk meningkatkan sifat hidrofilnya
maka pada biotransformasi dimasukkan gugus -OH dan atau –COOH kedalam
molekulnya.
Selain itu eksresi dapat pula dilakukan dengan cara
lain yaitu melalui kulit, paru-paru, empedu, usus. Eksresi melalui kulit
dikeluarkan bersama keringat, misalnya paraldehid dan bromida (sebagian).
Ekskresi melalui paru-paru dilakukan melalui pernapasan yang biasanya hanya
pada zat-zat terbang, seperti alkohol, paraldehid, dan anestetika (kloroform,
halotan, siklopropan). Untuk ekskresi melalui empedu terjadi pada obat yang
dikeluarkan secara aktif oleh hati dengan empedu, misalnya fenolftalein
(pencahar). Setelah tiba kembali dalam usus dengan empedu obat diresorpsi lagi.
Sedangkan untuk ekskresi pada usus terjadi pada zat-zat yang tidak atau tak
lengkap diresorpsi usus dikeluarkan dengan tinja, misanya sulfasuksidin,
neomisin, dan sediaan-sediaan besi.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air
mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali
sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
- Macam Ekskresi
Sebagian besar obat diekskresikan
keluar tubuh melalui paru, ginjal, empedu atau hati, sebagian kecil dengan
kadar yang rendah diekskresikan melalui air liur dan air susu.
1. Eksresi obat melalui Paru-paru
Obat
yang diekskresikan melalui paru terutama adalah obat yang digunakan secara
inhalasi, seperti siklopropan, etilen, nitrogen oksida, eter, kloroform, dan
enfluran. Sifat fsik yang menentukan kecepatan ekskresi obat melalui paru
adalah koefisien partisi darah atau udara. Obat yang mempunyai koefisien
partisi darah atau udara kecil, seperti siklopropan dan nitrogen oksida,
diekskresikan dengan cepat, sedang obat dengan koefisien partisi darah atau
udara besar, seperti eter dan halotan, diekskresikan lebih lambat.
- Ekskresi obat melalui ginjal
Salah
satu jalan terbesar untuk ekskresi obat adalah melalui ginjal. Ekskresi obat
melalui ginjal melibatkan 3 proses, yaitu:
a. Penyaringan Glomerulus
Ginjal menerima ±
20-25 % cairan tubuh dari curah jantung atau 1,2-1,5 liter darah per menit dan ±
10% disaring melalui glomerulus. Membran glomerulus mempunyai pori
karakteristik sehingga dapat dilewati oleh molekul obat dengan garis tengah ± 40
วบ, erat molekul lebih kecil dari 5000 dan obat yang mudah larut dalam cairan
plasma tau obat yang bersifat hidrofil.
Glomerulus
yang merupakan jaringan kapiler dapat melewatkan semua zat yang lebih kecil dari
albumin melalui celah antar sel endotelnya sehingga semua obat yang tidak
terikat protein plasma mengalami filtrasi di sana. Di tubuli proksimal, asam
organic (penisilin, probenasid, salisilat, konyugat, glukuronid, dan asam urat)
disekresi aktif melalui system transport untuk asam organic, dan basa organic
(neostigmin, kolin, histamine) disekresi aktif melalui system transport untuk
basa organic. Kedua system transport tersebut relative tidak selektif sehingga
terjadi kompetisi antar asam orgain dan antar basa organic dalam system
transportnya masing-masing. Untuk zat-zat endogen misalnya asam urat, system
transport ini dapat berlangsung dua arah, artinya seksresi dan reabsorpsi.
Ekskresi dapat diperlancar dengan memperkuat disosiasi obat yang kebanyakan
bersifat asam atau basa lemah dengan derajat ionisasi agak ringan. Misalnya
untuk asam seperti barbital dapat diberikan natrium bikarbonat hingga air seni
bereaksi basa. Untuk alkaloida pemberian ammonium klorida akan meningkatkan
keasaman air seni, sehingga obat tersebut lebih banyak ionisasinya.
b. Penyerapan Kembali secara Pasif pada Tubulus
Ginjal.
Sebagian besar obat diserap kembali
dalam tubulus ginjal melalui proses difusi pasif. Penyerapan kembali molekul
obat ke membran tubulus tergantung sifat kimia fisika, seperti ukuran molekul
dan koefisien partisi lemak/air. Obat yang bersifat polar sukar larut dalam
lemak dan tidak diserap kembali oleh membran tubulus. Penyerapan kembali pada
tubulus ginjal sangat tergantung pada pH urin. Obat yang bersifat lektrolit
lemah pada urin normal, pH = 4,8-7,5, sebagian besar terdapat dalam bentuk
tidak terdisosiasi dan mudah larut dalam lemak sehingga mudah diserap kembali
oleh tubulus ginjal.
Di tubuli proksimal dan distal terjadi reabsorpsi
pasif untuk bentuk non ion. Oleh karena itu untuk obat berupa elektrolit lemah,
proses reabsorpsi ini bergantung pada pH lumen tubuli yang menentukan derajat
ionisasinya. Bila urin lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak,
sehingga reabsorpsinya berkurang, akibatnya ekskresinya meningkat. Sebaliknya bila urin lebih asam, ekskresi asam lemah
berkurang. Keadaan yang berlawanan terjadi dalam ekskresi basa lemah. Prinsip
ini digunakan untuk mengobati keracunan obat yang ekskresinya dapat dipercepat
dengan pembasaan atau pengasaman urin, misalnya salisilat, fenobarbital.
Obat
yang bersifat asam lemah, seperti asam salisilat, fenobarbital, nitrofurantoin,
asam nalidiksat, asam benzoat dan sulfonamida, ekskresinya akan meningkat bila
pH urin dibuat basa dan menurun bila pH urin dibuat asam. Contoh: waktu paro
biologis sulfaetidol yang bersifat asam lemah pada pH urin = 5 adalah 11,5 jam
, sedang pada pH urin = 8, waktu paronya menurun menjadi 4,2 jam.
Asam
kuat, dengan pKa lebih kecil dari 2,5 dan basa kuat, dengan pKa lebih besar
dari 12, terionisasi sempurna pada pH urin sehingga sekreksinya tidak
terpengaruh oleh perubahan pH urin.
c. Sekresi Pengangkutan Aktif pada Tubulus
Ginjal
Obat dapat bergerak dari plasma
darah ke urin melalui membran tubulus ginjal dengan mekanisme pengangkutan
aktif. Contoh:
1).
Bentuk terionisasi obat yang bersifat asam, seperti asam salisilat, penisilin,
probenesid, diuretika turunan tiazida, asam aminophirupat, konjugat sulfat,
konjugat asam glukuronat, indometasin, klorpropramid, dan furosemid.
2).
Bentuk terionisasi oat yang bersifat basa, seperti morfin, kuinin, meperidin,
prokain, histamin, tiamin, dopamin dan turunan amonium kuartener.
Proses pengangkutan aktif obat di
tubulus dapat memberi penjelasan mengapa antibiotika turunan penisilin cepat
diekskresikan dari tubuh.
Kombinasi probenesid dengan
penisilin akan meningkatkan masa kerja penisilin karena probenesid dapat
menghambat sekresi pengangkutan aktif penisilin secara kompetitif sehingga
ekskresi penisilin menurun, kadar penisilin dalam darah tetap tinggi dan
menimbulkan aktivitas lebih lanjut.